Jumat, 31 Mei 2013

Cewek Cantik Toge Dan Bohay






















Cerita Dewasa : Lena cewek bispak yang cantik

Hai, perkenalkan.. namaku Andrew xx, anak bungsu pasangan Ronny xx dan Widya xx (samaran). Keduanya pengusaha-pengusaha senior di Indonesia. Meski terlalu kecil untuk bersaing dengan Liem Sioe Liong atau Prajogo Pangestu, tapi kami masih cukup punya namalah di Jakarta. Apalagi kalo di lokasi pabrik Papa di Semarang atau konveksi Mama di Tangerang.. Eh, aku lupa. Aku biasa dipanggil Andru, tapi di rumah aku dipanggil A Bee atau Abi. By the way, sebenarnya ini adalah kisah tahun 1990. Ya, ini adalah kisah 13 tahun yang lalu..

Tahun itu, aku baru naik kelas 2 SMP. Umurku saat itu masih 13 tahun dan akan 14 Desember nanti. Mm.. SMP-ku dulu lumayan ngetop, sekarang ngga terlalu.. sekarang cuma tinggal ngetop mahal dan borjunya aja. Aku sendiri termasuk yang 'miskin' di sana, abis aku cuma diantar jemput sama ciecie-ku aja sedang yang laen kadang dianter jemput sama sopir pake

mobil sendiri (baca: yang dikasih ortunya buat dia)

Kakak perempuanku yang sulung, Sinta, tapi dipanggilnya Sian buat temen sekolah/kuliahnya. Cie Sian baru-baru aja mulai kuliah. Usianya waktu itu 18 tahun. Sedang kakak perempuanku yang kedua, Sandra, yang biasa dipanggil Sandra atau Apin, baru masuk SMA dan usianya 15. Hehehe.. kalo berangkat aku dan Cie Pin suka nebeng Cie Sian. Tapi kalo pulang, Cie Pin naik bis sedang aku dijemput Cie Sian. Tapi mulai kelas 2 ini aku sudah bertekat pulang naik metro mini atau bajaj sama temen-temen. Cie Sian cuman tersenyum aja aku bilang gitu..

Cuma gara-gara naik bis itu, Tante Vi, sekretaris Mama khusus buat di rumah dan gara-gara kekhususannya itu kami suka ejek dia butler alias "kepala pelayan" hehehe- jadi sedikit sewot. Tapi bagusnya, uang sakuku jadi bertambah. Katanya sih buat naik taksi atau makan di jalan kalo laper. Ya, lumayanlah. Buat ukuran anak SMP tahun 1990, yang meskipun di sekolahan termasuk yang miskin, tapi uang sakuku yang duaratus ribu sehari mungkin ngga kebayang sama temen-temenku yang sok kaya. Lagian aku buat apa bilang-bilang.. kalo gini kan ketauan mana yang temen mana yang bukan.. soalnya anak SMP ku itu dari dulunya, juga pada waktu itu, bahkan sampai sekarang. Terkenal matre.

Well, dan gara-gara kata matre itu pula yang bikin aku bisa ngeseks sama Vonny, anak kelas 3 yang sangat cantik tapi sangat memilih pasangan jalannya itu. Juga sama Mbak Maya, temen SMA nya Cie Pin. Hehehe, untung aja Ci Pin ngga pernah tau sampe sekarang.. pasti heboh waktu itu kalo dia tahu.

Eh, tapi.. aku pertama kali ngerasain yang namanya 'ngentot' bukan sama mereka ini loh.. Pasti kalian ngga pernah kebayang deh sama siapa aku pertama kali ngerasain badan cewek. Oh, bukan sama Tante Vi tadi.. apalagi sama perek atau pelacur (itu sih jijay!hii..) Mau tahu? Sama seorang sales promotion girl bernama Lena.

Ceritanya, siang-siang pulang sekolah kami iseng pengen tau seperti apa sih yang namanya Pameran Produk Indonesia (PPI) di silang Monas. Well, kami liat-liat di sana ternyata sepi-sepi aja kecuali di beberapa stand/gedung pameran seperti mobil. Dan di stand itulah saat itu aku tersadar sudah terpisah sendirian dari temen-temenku.. Rese' nih pada ngga bilang-bilang kalo kehilangan..

"Siang, Ko.. pulang sekolah ya?" seorang dara putih manis berlesung pipit dan berambut ikal sepundak menegurku dengan senyum yang paaling indah menawan yang pernah kusaksikan seumur hidupku. Aku balas tersenyum pada SPG yang ramah tapi agak sok akrab itu, "Iya Cie..", Aku panggil dia Cie sebab jelas-jelas usianya lebih tua daripada aku, mungkin 21 atau 22 tahunan. Aku kan masih 13 tahun dan pasti keliatan karena aku kurus, kecil, pendek, dan masi pake celana SMP..

Ciecie itu tertawa sumringah, "Ih, kamu ini pasti langsung kemari abis sekolah.. bandel, ya?!" candanya dengan senyum menggoda. Aku terkekeh juga, meski rada keki dibilang bandel, "Emang iya. Tapi aku kan udah bilang Cie Sian mau kemari..", Ciecie itu tersenyum ramah, "Ciecie kamu umur berapa?", "18..", jawabnya.

Dia tersenyum, "Mmh ya bolehlah.. berarti kamu ngga kelayapan.."
Aku tertawa, "Hehehe ciecie bisa aja.. "
Lalu aku menudingnya, "Ciecie ini namanya siapa?"
Dengan gaya bak peragawati, dia membetulkan posisi nametag-nya yang miring sehingga dapat jelas kubaca, "M-a-r-l-e-n-a.. Namanya cantik, Cie.."
Dia tersenyum, "Aduh makasih banget, tapinya ngga ada recehan nih.. pake brosur aja ya?"
Aku tersenyum dan mengambil juga brosur yang ia tawarkan.
"Wow, ni mobil keren juga, nih.." aku sampai bersiul terkagum-kagum pada barang dagangannya.. (well, saat itu teknologi DOHC baru pertama kali muncul di Indonesia.. wajar dong kalo aku saat itu kagum berat..)
"Iya, dong.. siapa dulu yang jualan" katanya tersenyum sambil menepuk dada.

Dan saat itulah aku mulai memperhatikan baju kausnya ketatnya yang menonjolkan buah dadanya yang lumayan besar.. hmm.. dan rok mininya yang ketat tipis sepaha itu, seolah-olah bila kakinya terbuka sedikit lebih lebar maka aku dapat melihat celana dalamnya.. Maka tidak usah ditunggu lagi, aku segera mengikuti kemanapun ia bergerak menerangkan presisi dan kemampuan mobil itu, sambil bersyukur jadi orang pendek.

Hehehee.. Beneran deh, dengan tinggiku saat itu yang 134 cm, kalian seolah-olah bisa mengintip isi rok mini Cie Lena yang tingginya 170 cm lebih dan pake sepatu hak tinggi pula. Makanya aku tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk duduk di dalam mobil sementara ciecie itu menjelaskan dari luar dengan sebelah kaki menginjak sandaran kaki..
Tapi aku yakin mukaku menjadi kemerah-merahan, sebab ciecie ini dari tadi bagaikan tertawa maklum dan betul-betul sapuan matanya menyapu wajahku terus-menerus.. sampai tiba-tiba aku bagai tersadar dari lamunan..

"..gimana? udah keliatan belon?"
aku terkaget-kaget di tempat duduk menatap wajahnya yang tersenyum manis, "apanya, nih?"
dia tersenyum lalu gerakan matanya menunjuk arah diantara kedua kakinya yang membuka sambil berkata pelan, "..celana dalemnya ciecie.."

nah, kebayang kan gimana malunya dan merahnya mukaku saat itu ditembak langsung begitu.. untung dia ngomongnya ngga kenceng. Lalu dia mendekatkan diri padaku dan berkata, "dari tadi ciecie liat kamu berusaha liat dalemannya ciecie, jadi tadi ciecie sengaja angkat kaki sedikit biar kamu engga penasaran.. udah liat, kan? Ciecie pake warna coklat muda..". Aku yakin mukaku semerah kepiting rebus. Tapi Cie Lena tersenyum maklum dan membimbingku bangkit dari tempat duduk sopir dan berkata keras, "Ikut Ciecie ya Ko kecil.. Ciecie akan kasi liat kemampuan ini mobil supaya bisa bilang-bilang sama Papa, ya?"

Dan seorang pria muda berdasi yang berdiri tidak jauh dari kami tersenyum lebar mendengar ucapannya itu sambil mengacungkan ibu jari. Tapi kulihat Cie Lena cuek aja, malah mengerdipkan sebelah matanya padaku.
Kami menuju pelataran parkir luar dimana sebuah mobil serupa dipamerkan dan nampaknya bisa dicoba. Cie Lena memintaku duduk di depan sedang dia sendiri menyetir.

Gugup juga aku waktu liat dia di kursi sopir duduk agak mekangkang sehingga dengan rok mini super pendeknya aku tahu pasti terdapat celah terbuka yang bila aku duduknya maju sedikit pasti aku bisa melihat.. ehmm.. anunya.. yang katanya coklat muda itu..

Cie Lena tertawa geli melihatku rada panik. Melajukan mobil keluar kompleks silang Monas, ia berkata, "Nah sekarang kamu bisa liat celana dalam Ciecie puas-puas tanpa perlu takut ketauan.."
Aku sangat malu. Tapi aku tidak bisa menahan diriku untuk menyandarkan kepalaku ke dashboard sehingga bisa mengintip sesuatu diantara kedua paha mulus ciecie ini..

Dia tersenyum, "Namamu siapa sih, Say?"
"A Bee."
Dia tersenyum, "Nama yang bagus."
Lalu dia menoleh menatapku sebentar, "Kamu belum pernah liat cewek telanjang ya, Say?"
Aku menggeleng pelan.
"Pengen tau, ya?" dia tersenyum, "Pasti pernah nyoba ngintipin ciecie-mu ya?"
Kali ini aku mengangguk pelan.
Dia tertawa.
"Mau liat Ciecie telanjang ngga, Say?"
Aku cuma bisa menelan ludah gugup. Ciecie seseksi ini mau telanjang di depanku?
Dia tersenyum, "Tapi Say, Ciecie boleh minta duit kamu sedikit ya? Ciecie perlu bayar uang kuliah sama beli buku nih.."
Aku masih terdiam membayangkan dia telanjang di depanku.. Waah, pasti di antara kakinya itu ada..
"Kamu boleh liat badan Ciecie semuanya, Say.." katanya memutus lamunanku, "Ciecie sayang sama kamu, abis kamu imut sih.."
"Ciecie emang butuhnya berapa duit?" aku memberanikan diri bertanya.
Dia tersenyum dan jarinya menunjuk angka 1..
"I Pay.."
Cuma segitu? Yah, kalo cuma segitu sih.. uang sakuku sehari juga lebih dari itu.. Aduh, dengan uang segitu, dia mau telanjang di depanku supaya dia bisa kuliah..
"Cie.." kataku nekat, gejolak di kepalaku sudah memuncak di napas dan kontolku nih..
"..tapinya aku boleh cium Ciecie, ya?"
Cie Lena agak kaget, aku terlalu polos atau kurang ajar, ya?
Tapi dia tersenyum.
"Makasih, A Bee Sayang.."

Lalu, Cie Lena mengarahkan mobil contoh itu ke sebuah tempat di Kota (aku ngga tau namanya, waktu itu kami kan tinggalnya di Pondok Indah sedang sejauh-jauhnya aku main kan cuma di Blok M). Ia memasukkan mobil ke garasi sebuah rumah kecil di pemukiman yang padat dan jalannya ampun deh jeleknyaa..

Lalu Cie Lena menyilakan aku keluar. Sempat kulihat ia tersenyum pada seorang Empeh-empeh yang lewat, Kudengar ia membahasakan aku ini adik sepupu yang hari ini dititip karena orang tuanya sedang pergi. Wah, kalau sampe sebegitu-begitunya, ini pasti beneran tempat tinggalnya.. Lalu aku mengikutinya masuk ke dalam rumah itu. (Hihihi aku perhatikan ia mengambil anak kunci pintu depan dari balik keset.. Kalo aku maling, habis sudah isi rumah ini..)

"Ini kontrakan Ciecie.." katanya sambil menunjuk ke ruangan dalam, "Ciecie tinggal berempat di sini."
"Yang lainnya kalo ngga kerja ya kuliah.." katanya saat aku bertanya mana yang lain.

Ia membuka kamarnya dan menyilakan aku masuk sementara ia ke ruangan lain mungkin mengambil minuman. Aku perhatikan kamarnya sangat rapi, mirip seperti kamarnya Ci Sian. Bedanya hanya buku-buku kuliahannya sangat sedikit sedang di kamarnya Ci Sian kemanapun kita memandang isinya buku.. Ah, Ciecie ini memang butuh bantuan banyak.

Lalu Cie Lena datang membawa minuman. Tersenyum ramah. Meletakkan gelas di meja belajarnya lalu mengunci pintu dan berdiri bersandar di pintu sambil memandangiku. Aku duduk di kursi belajarnya, setengah gugup. Habis ini, aku akan melihat cewek bugil asli-aslian di depanku.. Nampaknya dia sangat mengerti kegugupanku karena ia lalu berjongkok di sampingku dan memelukku erat-erat. Menciumku pelan. Lalu berkata, "Udah siap liat bodi Ciecie?", Aku mengangguk perlahan. Dia tersenyum dan berdiri sambil membelai pipiku. Ia mulai berdiri menjaga sedikit jarak agar aku bisa melihat semua dengan jelas.

Sebetulnya kalo dipikir-pikir saat itu ia melakukannya dengan cepat, kok.. Tapi dalam tegangku, semua gerakannya jadi slow motion. Ia mulai dengan membuka kaus ketat tipisnya. Melemparnya ke tempat tidur. Tersenyum lebar, ia menepuk perutnya yang putih kecoklatan itu sambil membuat gerakan menciumku.. Lalu ia menarik sesuatu di belakang rok mininya sehingga terjatuh ia menutupi jemari-jemari kakinya menampakkan celana dalam coklat muda yang tadi ia katakan..

Sampai di sini, aku tidak kuat duduk.. batang kontolku menegang dan sakit kalo aku tetap duduk. Ia malah mendekat dan memelukku. Mmmhh.. meski jadi sedikit sesak napas, tapi aku sangat senang.. wajahku kini terbenam di antara belahan buah dadanya.. sedang perutnya menempel pada dadaku.. Oh, aku tentu saja balas memeluknya.. dan terpeluk olehku pinggul dan pantatnya yang sekel itu.. Dan saat terpegang olehku celana dalamnya, spontan aku masukkan jari-jariku ke dalamnya, membuatnya menjerit kecil.. "Aih.. ngga sabaran banget sih Ko kecilku ini.."

Spontan ia melucuti celana dalamnya lalu mengangkat kaki kirinya memeluk pantatku sehingga rambut tipis jembutnya menggesek-gesek perutku.. Aduh ciecie ini.. aku kan pengin liat.. Tapi ia menciumku di pipi dan membimbingku ke cermin yang tertempel di lemarinya memperlihatkan seluruh badan telanjangnya kecuali di sekitar tetek itu.. Aku mengerti. Aku ke belakangnya dan membuka kaitan BH nya sehingga nampak juga akhirnya puncak gunung yang coklat muda indah itu.. membuatku segera menarik tubuhnya menghadapku.. dan mulai meremasinya buah dada itu.. Ia sedikit melenguh dan terduduk di kursi.. Menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sehingga dadanya membusung sedang posisi pinggul dan otomatis memeknya tersodor bagai ingin disajikan.. Aku ciumi teteknya itu lalu aku hisap kuat-kuat membuatnya menggelinjang sampai akhirnya dengan satu sentakan ia mendorongku jatuh ke tempat tidurrnya..
Ia bangkit berdiri setengah membuka pahanya sambil bertolak pinggang menonjolkan dadanya yang masih mancung dan ranum itu..

Aduh aku ngga kuat lagi. Aku buka celana ku sehingga batang kontolku mencuat keluar dengan bebas mengambil posisi tempur.. kucopot juga bajuku sehingga tinggal singletku. Sementara itu ia hanya tersenyum saja.
Lalu ia memegang kontolku, yang segera saja semakin tegang dan membesar..
"Aduh si Ko kecil ini.." katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala, "Udah kerangsang, ya?"
"Iya, cie.. "
Dia cuma tercekikik, dengan genggamannya menahan kulit kulup ku agar tidak menutupi kepala kontolku, ia menotol-notolkan telunjuknya pada kepala kontolku.. dan setiap kali jarinya menyentuh kulit kepala kontolku, setiap kali itu aku merasa tersetrum oleh rasa geli-geli yang aneh..
"Hhh..," aku sampai mendesah kenikmatan, "Cie, 'maen' yuk?"
Dia menatapku geli..
"Maen petak umpet?"
Aku menggeleng tak sabar, "Bukaan. Kayak yang di film-film.."
"Film apa? Donald Duck?"
"Be Ef, Cie.. Ngentot.." akhirnya keluar juga kata itu dari mulutku..
Tapi dia malah menowel hidungku, "Anak bandel, ya? Kecil-kecil udah nonton BF. Kamu udah pernah 'maen', ya? sama siapa?"
Aku menggeleng pelan, "Nonton doang. Pengen sama Ciecie.."
"Tapi ciecie mana puas 'maen' sama kamu. Kamu kan masih anak kecil.."
Lalu dia menunjuk burung-ku
"Punya kamu itu kekecilan. Lagian kamu orang kan belum pernah 'maen', belon tau harus ngapain.."
Adduuh.. aku udah kepengen banget niih..
"Cie Len.. boleh dong, ya? aku kasi Ciecie tiga ratus deh.." aku merengek..
Dia malah tertawa, "Kamu ini mesti anak orang super kaya.. buang duit kayak buang sampah.."
Adduuh.. tolong Cie.. cepet dong..
Dia lalu mencium bibirku sehingga batang kontolku tak urung menyentuh daerah sekitar pangkal pahanya..
"Duit segitu itu separuh uang kuliah Ciecie satu semester, tau nggak?!"
Adduuh Ciecie ini gimana sii.. aku udah ngga tahan nii..
"Cie Len.. ayo dong Cie.."
Cie Lena menghela napas panjang, lalu menatapku sambil menggigit-gigit bibirnya sebelum akhirnya berkata "Sebetulnya Ciecie ngga pengen begini. Tadinya niat Ciecie sama kamu tuh cuma telanjang aja.."
"Tapi Ciecie memang butuh uangnya.."
Lalu ia menghela napas panjang lagi, "Tapi kamu ini masih anak kecil. Ciecie ngga mau ngerusak kamu.."

Aku menatapnya protes. Ia pasti melihat tatapan protesku, tapi ia nampak berpikir keras. Tapi akhirnya ia menggelengkan kepala lalu mencium bibirku. Lalu tubuh telanjangnya itu menelungkup menindih tubuh telanjangku..Ia menciumiku sementara tangan kirinya menyentuh-sentuh kepala kontolku dan ampun deh rasanya luar biasa.. (ternyata butuh beberapa tahun kemudian baru aku sadar kalo orang belum pernah kepegang cewek, cukup disentuh kepala kontolnya rasanya sudah selangit..)

Aku meronta, menggelinjang keenakan.. sekaligus tidak puas.. aku ingin ngentot! Dan akhirmya ia memenuhi keinginanku.. ia menjejakkan kaki kirinya di atas ranjang sedang kaki kanannya di lantai, dalam posisi setengah berlutut sehingga kepala kontolku (yang mungkin masi terlalu kecil buat dia karena usiaku toh juga masi kecil) sedikit melesak di antara dua bukit berhutan jarang itu.. Lalu.. ia menekan pantatnya sedang ia membusungkan dadanya dan mendongak sehingga pandanganku hanya berisi payudara dan puting susu kecoklatannya itu.. plus bonus ujung hidungnya..

Slepp.. nampaknya kepala kontolku sudah mulai melesak masuk.. Ia lalu mengambil posisi berlutut, kedua lututnya tertekuk di atas kasur dan pinggulnya menindihku.. Lalu ia sekali lagi mendesakkan pinggulnya.. Bless.. akhirnya masuk juga.. Aku terpesona merasakan gesekan kontolku dengan dinding dalam memeknya.. Ia tersenyum lagi. Lalu mulai menggoyang-goyangkan pantatnya.. membuat sensasi luar biasa pada setiap gerakannya yang membuat kontolku bergesekan dengan dinding memeknya.. Ohh.. hh.. Badanku rasanya pelan-pelan terbakar oleh perasaan geli-geli yang menjalar yang dingin..

Lalu ia semakin mempercepat gerakannya. Membuat jalaran geli tadi semakin melebar ke seluruh permukaan kulit tubuhku dan pada saat nampaknya tak tertahankan lagi.. tiba-tiba..
Srr.. srr.. srr.. kurasakan aku 'kencing' dan perasaan geli itu mulai menguap meninggalkan bekas bergetar dingin pada sekujur badanku.. Gerakan Cie Lena berhenti.. Kontolku sudah terlalu lemas sehingga tidak dapat bertahan lebih lama dalam liang memeknya.. Cie Lena memelukku sekali lagi.. Menciumku..

"Gimana, Bee..? Kesampaian, ya..?" katanya dengan senyum menggoda..
"Enak kan 'maen' sama Ciecie..?"
Aku.. aku tidak dapat menjawab. Aku menutup mataku saja sambil tersenyum lebar..
Dan aku pikir dia puas dengan jawaban itu. Soalnya dia mulai menciumku dan memainkan burungku sekali lagi dengan jemari lentiknya..

Ah.. Cie Lena.

Sekarang ini, 13 tahun kemudian, dia masih belum menikah dan kini bekerja sebagai karyawanku di sebuah kawasan perkantoran di xx.. Ya tentu saja kami masih sering melakukannya. Tapi mungkin tidak terlalu sering karena kami masing-masing sudah punya pacar. Hanya saja, ketika kenangan atau gairah itu datang, sedang pacarku tidak ada di tempat, aku tahu ke mana aku bisa menyalurkan hasratku..

Cerita Dewasa : Aku Selingkuh

Aku sedang menonton televisi di kamarku ketika Fay keluar dari kamar mandi mengenakan baju tidur. Hm.. dia pasti habis cuci muka dan bersih-bersih sebelum tidur. Di kamar tidur kami memang terdapat kamar mandi dan televisi, sehingga aku menonton televisi sambil tiduran. Fay berbaring di sampingku, dan memejamkan matanya. Lho? Dia langsung mau tidur nih! Padahal aku sejak tadi menunggu dia. Lihat saja, si “ujang” sudah bangun menantikan jatahnya.

“Fay! Kok langsung tidur sih?”
“Mm..?”
Fay membuka matanya. Lalu ia duduk dan menatapku. Kemudian ia tersenyum manis. Woow.. burungku semakin mengeras. Fay mendekatkan wajahnya ke wajahku. Tangannya yang lembut halus membelai wajahku. Jantungku berdetak cepat. Kurangkul tubuhnya yang mungil dan hangat. Terasa nyaman sekali. Fay mencium pipiku. “Cupp..!”

“Tidur yang nyenyak yaa..” katanya perlahan.
Lalu ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tidur! Nah lho? Sial benar. Cuma begitu saja? Aku terbengong beberapa saat.
“Fay! Faayy..!” aku mengguncang-guncang tubuhnya.
“Umm.. udah maleem.. Fay ngantuk niih..”
Kalau sudah begitu, percuma saja. Dia tidak akan bangun. Padahal aku sedang birahi tinggi dan butuh pernyaluran. Si “ujang” masih tegang dan penasaran minta jatah.

Begitulah Fay. Sebagai istri, dia hampir sempurna. Wajah dan fisiknya enak dilihat, sifatnya baik dan menarik. Perhatiannya pada kebutuhanku sehari-hari sangat cukup. Hanya saja, kalau di tempat tidur dia sangat “hemat”. Nafsuku terbilang tinggi. Sedangkan Fay, entah kenapa (menurutku) hampir tidak punya nafsu seks. Tidak heran meskipun sudah lebih setahun kami menikah, sampai saat ini kami belum punya anak. Untuk pelampiasan, aku terkadang selingkuh dengan wanita lain. Fay bukannya tidak tahu. Tapi tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkannya.

Nafsuku sulit ditahan. Rasanya ingin kupaksa saja Fay untuk melayaniku. Tapi melihat wajahnya yang sedang pulas, aku jadi tidak tega. Kucium rambutnya. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil memeluk Fay. Siapa tahu dalam mimpi, Fay mau memuaskanku? Hehehe..

Esoknya saat jam istirahat kantor, aku makan siang di Citraland Mall. Tidak disangka, disana aku bertemu dengan Ami, sahabatku dan Fay semasa kuliah dahulu. Kulihat Ami bersama dengan seorang wanita yang mirip dengannya. Seingatku, Ami tidak punya adik. Ternyata setelah kami diperkenalkan, wanita itu adalah adik sepupu Ami. Fita namanya. Heran juga aku, kok saudara sepupu bisa semirip itu ya? Pendek kata, akhirnya kami makan satu meja.

Sambil makan, kami mengobrol. Ternyata Fita seperti juga Ami, tipe yang mudah akrab dengan orang baru. Terbukti dia tidak canggung mengobrol denganku. Ketika aku menanyakan tentang Joe (suami Ami, sahabatku semasa kuliah), Ami bilang bahwa Joe sedang pergi ke Surabaya sekitar dua minggu yang lalu untuk suatu keperluan.

“Paling juga disana dia main cewek!” begitu komentar Ami.
Aku hanya manggut-manggut saja. Aku kenal baik dengan Joe, dan bukan hal yang aneh kalau Joe ada main dengan wanita lain disana. Saat Fita permisi untuk ke toilet, Ami langsung bertanya padaku.
“Van, loe ama Fay gimana?”
“Baek. Kenapa?”
“Dari dulu loe itu kan juga terkenal suka main cewek. Kok bisa ya akur ama Fay?”
Aku diam saja.

Aku dan Fay memang lumayan akur. Tapi di ranjang jelas ada masalah. Kalau dituruti nafsuku, pasti setiap hari aku minta jatah dari Fay. Tapi kalau Fay dituruti, paling hebat sebulan dijatah empat atau lima kali! Itu juga harus main paksa. Seingatku pernah terjadi dalam sebulan aku hanya dua kali dijatah Fay. Jelas saja aku selingkuh! Mana tahan?

“Kok diem, Van?” pertanyaan Ami membuyarkan lamunanku.
“Nggak kok..”
“Loe lagi punya masalah ya?”
“Nggaak..”
“Jujur aja deh..” Ami mendesak.
Kulirik Ami. Wuih, nafsuku muncul. Aku jadi teringat saat pesta di rumah Joe. Karena nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun, maka akal sehatku pun hilang.

“Cerita doong..!” Ami kembali mendesak.
“Mi.., loe mau pesta “assoy” lagi nggak?” aku memulai. Ami kelihatan kaget.
“Eh? Loe jangan macem-macem ya Van!” kecam Ami.
Aduh.., kelihatannya dia marah.
“Sorry! Sorry! Gue nggak serius.. sorry yaa..” aku sedikit panik.

Tiba-tiba Ami tertawa kecil.
“Keliatannya loe emang punya masalah deh.. Oke, nanti sore kita ketemu lagi di sini ya? Gue juga di rumah nggak ada kerjaan.”
Saat itu Fita kembali dari toilet. Kami melanjutkan mengobrol sebentar, setelah itu aku kembali ke kantor.

Jam 5 sore aku pulang kantor, dan langsung menuju tempat yang dijanjikan. Sekitar sepuluh menit aku menunggu sebelum akhirnya telepon genggamku berdering. Dari Ami, menanyakan dimana aku berada. Setelah bertemu, Ami langsung mengajakku naik ke mobilnya. Mobilku kutinggalkan disana. Di jalan Ami langsung menanyaiku tanpa basa-basi.
“Van, loe lagi butuh seks ya?”
Aku kaget juga ditanya seperti itu. “Maksud loe?”
“Loe nggak usah malu ama gue. Emangnya Fay kenapa?”

cerita seks
“tuh Kelihatan”
Aku menghela nafas. Akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan uneg-unegku.

“Mi.. Fay itu susah banget.. dia bener-bener pelit kalo soal begitu. Loe bayangin aja, gue selalu nafsu kalo ngeliat dia. Tapi dia hampir nggak pernah ngerespon. Kan nafsu gue numpuk? Gue butuh penyaluran dong! Untung badannya kecil, jadi kadang-kadang gue paksa dia.”
Ami tertawa. “Maksudnya loe perkosa dia ya? Lucu deh, masa istri sendiri diperkosa sih?”
“Dia nggak marah kok. Lagi gue perkosanya nggak kasar.”
“Mana ada perkosa nggak kasar?” Ami tertawa lagi. “Dan kalo dia nggak marah, perkosa aja dia tiap hari.”
“Kasian juga kalo diperkosa tiap hari. Gue nggak tega kalo begitu..”
“Jadi kalo sekali-sekali tega ya?”
“Yah.. namanya juga kepepet.. Udah deh.. nggak usah ngomongin Fay lagi ya?”
“Oke.. kita juga hampir sampe nih..”

Aku heran. Ternyata Ami menuju ke sebuah apartemen di Jakarta Barat. Dari tadi aku tidak menyadarinya.
“Mi, apartemen siapa nih?”
“Apartemennya Fita. Pokoknya kita masuk dulu deh..”

Fita menyambut kami berdua. Setelah itu aku menunggu di sebuah kursi, sementara Fita dan Ami masuk ke kamar. Tidak lama kemudian Ami memanggilku dari balik pintu kamar tersebut. Dan ketika aku masuk, si “ujang” langsung terbangun, sebab kulihat Ami dan Fita tidak memakai pakaian sama sekali. Mataku tidak berkedip melihat pemandangan hebat itu. Dua wanita yang cantik yang wajahnya mirip sedang bertelanjang bulat di depanku. Mimpi apa aku?

“Kok bengong Van? Katanya loe lagi butuh? Ayo sini..!” panggil Ami lembut.
Aku menurut bagai dihipnotis. Fita duduk bersimpuh di ranjang.
“Ayo berbaring disini, Mas Ivan.”
Aku berbaring di ranjang dengan berbantalkan paha Fita. Kulihat dari sudut pandangku, kedua bagian bawah payudara Fita yang menggantung mempesona. Ukurannya lumayan juga. Fita langsung melucuti pakaian atasku, sementara Ami melucuti pakaianku bagian bawah, sampai akhirnya aku benar-benar telanjang. Batang kemaluanku mengacung keras menandakan nafsuku yang bergolak.

“Gue pijat dulu yaa..” kata Ami.
Kemudian Ami menjepit kemaluanku dengan kedua payudaranya yang montok itu. Ohh.., kurasakan pijatan daging lembut itu pada kemaluanku. Rasanya benar-benar nyaman. Kulihat Ami tersenyum kepadaku. Aku hanya mengamati bagaimana kedua payudara Ami yang sedang digunakan untuk memijat batang penisku.
“Enak kan, Van?” Ami bertanya.
Aku mengangguk. “Enak banget. Lembut..”

Fita meraih dan membimbing kedua tanganku dengan tangannya untuk mengenggam payudaranya. Dia membungkuk, sehingga kedua payudaranya menggantung bebas di depan wajahku.
“Van, perah susu gue ya?” pintanya nakal.
Aku dengan senang hati melakukannya. Kuperah kedua susunya seperti memerah susu sapi, sehingga Fita merintih-rintih.
“Ahh.. awww.. akh.. terus.. Van.. ahh.. ahh..”
Payudara Fita terasa legit dan kenyal. Aku merasa seperti raja yang dilayani dua wanita cantik. Akhirnya Ami menghentikan pijatan spesialnya. Berganti tangan kanannya menggenggam pangkal si “ujang”.

“Dulu diwaktu pesta di rumah gue, kontol loe belum ngerasain lidah gue ya?” kata Ami, dan kemudian dengan cepat lidahnya menjulur menjilat si “ujang” tepat di bagian bawah lubangnya.
Aku langsung merinding keenakan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian kurasakan hangat, lembut, dan basah pada batang kemaluanku. Si “ujang” telah berada di dalam mulut Ami, tengah disedot dan dimainkan dengan lidahnya. Tidak hanya itu, Ami juga sesekali mengemut telur kembarku sehingga menimbulkan rasa ngilu yang nikmat. Sedotan mulut Ami benar-benar membuatku terbuai, apalagi ketika ia menyedot-nyedot ujung kemaluanku dengan kuat. Enaknya tidak terlukiskan. Sampai kurasakan alat kelaminku berdenyut-denyut, siap untuk memuntahkan sperma.

“Mi.. gue.. udah mau.. ke.. luar..”
Ami semakin intens mengulum dan menyedot, sehingga akhirnya kemaluanku menyemprotkan sperma berkali-kali ke dalam mulut Ami. Lemas badanku dibuatnya. Tanganku yang beraksi pada payudara Fita pun akhirnya berhenti. Ami terus mengulum dan menyedot kemaluanku, sehingga menimbulkan rasa ngilu yang amat sangat. Aku tidak tahan dibuatnya.

“Aahh.. Ami.. udahan dulu dong..!”
“Kok cepet banget keluar?” ledeknya.
“Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, selama ini ditahan terus.” aku membela diri.
“Oke deh, kita istirahat sebentar.”

Ami lalu menindih tubuhku. Payudaranya menekan dadaku, begitu kenyal rasanya. Nafasnya hangat menerpa wajahku. Fita mengambil posisi di selangkanganku, menjilati kemaluanku. Gairahku perlahan-lahan bangkit kembali. Kuraba-raba kemaluan Ami hingga akhirnya aku menemukan daging kenikmatannya. Kucubit pelan sehingga Ami mendesah perlahan. Kugunakan jari jempol dan telunjukku untuk memainkan daging tersebut, sementara jari manisku kugunakan untuk mengorek liang sanggamanya. Desahan Ami semakin terdengar jelas. Kemaluannya terasa begitu basah. Sementara itu Fita terus saja menjilati kemaluanku. Tidak hanya itu, Fita mengosok-gosok mulut dan leher si “ujang”, sehingga sekali lagi bulu kudukku merinding menahan nikmat.

Kali ini aku merasa lebih siap untuk tempur, sehingga langsung saja aku membalik posisi tubuhku, menindih Ami yang sekarang jadi telentang. Dan langsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang kemaluanku. Ami mendesis pendek, lalu menghela nafasnya. Seluruh batang kemaluanku terbenam ke dalam rahim Ami. Aku mulai mengocok maju mundur. Ami melingkarkan tangannya memeluk tubuhku. Fita yang menganggur melakukan matsurbasi sambil mengamati kami berdua yang sedang bersatu dalam kenikmatan bersetubuh. Ami mengeluarkan jeritan-jeritan kecil, sampai akhirnya berteriak saat mencapai puncak kenikmatannya, berbeda denganku yang lebih kuat setelah sebelumnya mencapai orgasme.

Kucabut batang kemaluanku dari vagina Ami, dan langsung kuraih tubuh Fita. Untuk mengistirahatkan si “ujang”, aku menggunakan jari-jariku untuk mengobok-obok vagina Fita. Kugosok-gosok klitorisnya sehingga Fita mengerang keras. Kujilati dan kugigit lembut sekujur payudaranya, kanan dan kiri. Fita meremas rambutku, nafasnya terengah-engah dan memburu. Setelah kurasakan cukup merangsang Fita, aku bersedia untuk main course.

Fita nampaknya sudah siap untuk menerima seranganku, dan langsung mengambil doggy style. Vaginanya yang dihiasi bulu-bulu keriting nampak sudah basah kuyup. Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya dengan pelan tapi pasti. Fita merintih-rintih keras saat proses penetrasi berlangsung. Setelah masuk seluruh penisku, kudiamkan beberapa saat untuk menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan vagina Fita. Hangat sekali, lebih hangat dari milik Ami. Setelah itu kumulai menyodok Fita maju mundur.

Fita memang berisik sekali! Saat kami melakukan sanggama, teriakan-teriakannya terdengar kencang. Tapi aku suka juga mendengarnya. Kedua payudaranya bergelantungan bergerak liar seiring dengan gerakan kami. Kupikir sayang kalau tidak dimanfaatkan, maka kuraih saja kedua danging kenyal tersebut dan langsung kuremas-remas sepuasnya. Nafsuku semakin memuncak, sehingga sodokanku semakin kupercepat, membuat Fita semakin keras mengeluarkan suara.
“Aaahh.. Aaahh.. Gue keluaar.. Aaah..” teriak Fita dengan lantang.

Fita terkulai lemas, sementara aku terus menyetubuhinya. Beberapa saat kemudian aku merasa mulai mendekati puncak kepuasan.
“Fit.. gue mau keluar nih..”
Fita langsung melepaskan kemaluannya dari kemaluanku, dan langsung mengulum kemaluanku sehingga akhirnya aku memuntahkan spermaku di dalam mulut Fita, yang ditelan oleh Fita sampai habis.

Aku berbaring, capek. Nikmat dan puas sekali rasanya. Ami berbaring di sisiku. Payudaranya terasa lembut dan hangat menyentuh lengan kananku. Fita masih membersihkan batang kemaluanku dengan mulutnya.
“Gimana Van? Puas?” Ami bertanya.
“Puas banget deh.. Otak gue ringan banget rasanya.”
“Gue mandi dulu ya?” Fita memotong pembicaraan kami.
Lalu ia menuju kamar mandi.

“Gue begini juga karena gue lagi pengen kok. Joe udah dua minggu pergi. Nggak tau baliknya kapan.” Ami menjelaskan.
“Nggak masalah kok. Gue juga emang lagi butuh sih. Lain kali juga gue nggak keberatan.”
“Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh cuma sekali-sekali aja, cuma pengen balas dendam ama Joe. Dia suka selingkuh juga sih! Beda kasusnya ama loe!”
Aku diam saja. Ami bangkit dari ranjang dan mengingatkanku.
“Udah hampir setengah delapan malem tuh. Nanti Fay bingung lho!”

Aku jadi tersadar. Cepat-cepat kukenakan pakaianku, tanpa mandi terlebih dahulu. Setelah pamit dengan Fita, Ami mengantarku kembali ke Citraland. Disana kami berpisah, dan aku kembali ke rumah dengan mobilku. Di rumah, tentu saja Fay menanyakan darimana saja aku sampai malam belum pulang. Kujawab saja aku habis makan malam bersama teman.

“Yaa.. padahal Fay udah siapin makan malem.” Fay kelihatan kecewa.
Sebenarnya aku belum makan malam. Aku lapar.
“Ya udah, Ivan makan lagi aja deh.. tapi Ivan mau mandi dulu.” kataku sambil mencium dahinya.
Fay kelihatan bingung, tapi tidak berkata apa-apa.

Rabu, 29 Mei 2013

cewe imut, mulus, toge pakai bikini pink













Cerita Dewasa : Gairah Dokter Cantik

Para pembaca sekalian, terserah anda percaya atau tidak, tetapi kisah ini benar-benar terjadi. Waktu itu kalau tidak salah sekitar akhir tahun 2006 yang lalu, saat saya diharuskan melakukan medical check up
di sebuah klinik kesehatan di Jakarta, guna memenuhi persyaratan agar diterima bekerja di sebuah perusahaan dan kebetulan saya juga diajak teman saya untuk mengikuti program asuransi
jiwa karena dia adalah agen dari salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia, jika tidak salah nama perusahaannya adalah AIA. Sebenarnya saya malas melakukan medical check up ini. Pasti lagi-lagi cuma cek darah, air seni, dan kotoran saja. Kemudian diperiksa oleh dokter memakai stetoskop untuk menyakinkan bahwa saya terkena penyakit atau tidak. Itu saja menurut saya, tidak ada yang lain. Dokter yang akan memeriksa saya paling-paling juga dokter cowok, mana sudah tua lagi. Dengan sekali-sekali menguap karena jenuh karena sudah hampir setengah jam saya menunggu dokter yang tak kunjung datang. Padahal saya sudah melalui proses medical check up

yang pertama, yaitu pemeriksaan darah, air seni, dan kotoran. Beberapa kali saya menanyakan pada orang di loket pendaftaran dan selalu memperoleh jawaban sama, yaitu agar saya sabar sebab dokternya dalam perjalanan dan mungkin sedang terjebak macet. Saya melihat arloji di tangan saya. Akhirnya saya memutuskan bahwa kalau dokternya tidak juga datang limabelas menit lagi, maka saya akan pulang saja ke rumah. Dengan menarik nafas kesal, saya memandangi sekeliling saya. Tahu-tahu mata saya tertumbuk pada seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam klinik tersebut. Amboi, cantik juga dia. Saya taksir usianya sekitar 35 tahun. Tetapi alamak, tubuhnya seperti cewek baru duapuluhan. Kencang dan padat. Payudaranya yang membusung cukup besar itu tampak semakin menonjol di balik kaos oblong ketat yang ia kenakan. Gumpalan pantatnya di balik celana jeans-nya yang juga ketat, teramat membangkitkan selera. Batinku, coba dokternya dia ya. Tidak apa-apa deh kalau harus diperiksa berjam-jam olehnya. Akan tetapi karena rasa bosan yang sudah menjadi-jadi, saya tidak memperhatikan wanita itu lagi. Saya kembali tenggelam dalam lamunan yang tak tentu arahnya. “Mas, silakan masuk. Itu dokternya sudah datang.” Petugas di loket pendaftaran membuyarkan lamunan saya. Saat itu saya sudah hendak memutuskan untuk pulang ke rumah, mengingat waktu sudah berlalu limabelas menit. Dengan malas- malasan saya bangkit dari bangku dan berjalan masuk ke ruang periksa dokter. “Selamat malam”, suara lembut menyapa saat saya membuka pintu ruang periksa dan masuk ke dalam. Saya menoleh ke arah suara yang amat menyejukkan hati itu. Saya terpana, ternyata dokter yang akan memeriksa saya adalah wanita cantik yang tadi sempat saya perhatikan sejenak. Seketika itu juga saya menjadi bersemangat kembali.
“Selamat malam, Dok”, sahut saya. Ia tersenyum. Aah, luluhlah hati saya karena senyumannya ini yang semakin membuatnya cantik.
“Oke, sekarang coba kamu buka kaos kamu dan berbaring di sana”, kata sang dokter sambil menunjuk ke arah tempat tidur yang ada di sudut ruang periksa tersebut. Saya pun menurut. Setelah menanggalkan kaos oblong, saya membaringkan diri di tempat tidur. Dokter yang ternyata bernama Dokter S itu menghampiri saya dengan berkalungkan stetoskop di lehernya yang jenjang dan putih.
“Kamu pernah menderita penyakit berat? Tipus? Lever atau yang lainnya?” Tanyanya. Saya menggeleng. “Sekarang coba kamu tarik nafas lalu hembuskan, begitu berulang-ulang ya.” Dengan stetoskopnya, Dokter S memeriksa tubuh saya. Saat stetoskopnya yang dingin itu menyentuh dada saya, seketika itu juga suatu aliran aneh menjalar di tubuh saya. Tanpa saya sadari, saya rasakan, batang kemaluan saya mulai menegang. Saya menjadi gugup, takut kalau Dokter S tahu. Tapi untuk ia tidak memperhatikan gerakan di balik celana saya. Namun setiap sentuhan stetoskopnya, apalagi setelah tangannya menekan-nekan ulu hati saya untuk memeriksa apakah bagian tersebut terasa sakit atau tidak, semakin membuat batang kemaluan saya bertambah tegak lagi, sehingga cukup menonjol di balik celana panjang saya. “Wah, kenapa kamu ini? Kok itu kamu berdiri? Terangsang saya ya?” Mati deh! Ternyata Dokter S mengetahui apa yang terjadi di selangkangan saya. Aduh! Muka ini rasanya mau ditaruh di mana. Malu sekali!
“Nah, coba kamu lepas celana panjang dan celana dalam kamu. Saya mau periksa kamu menderita hernia atau tidak.” Nah lho! Kok jadi begini?! Tapi saya menurut saja. Saya tanggalkan seluruh celana saya, sehingga saya telanjang bulat di depan Dokter S yang bak bidadari itu.
Gila! Dokter S tertawa melihat batang kemaluan saya yang mengeras itu. Batang kemaluan saya itu memang tidak terlalu panjang dan besar, malah termasuk berukuran kecil. Tetapi jika sudah menegang seperti saat itu, menjadi cukup menonjol. “Uh, burung kamu biar kecil tapi bisa tegang juga”, kata Dokter S serasa mengelus batang kemaluan saya dengan tangannya yang halus. Wajah saya menjadi bersemu merah dibuatnya, sementara tanpa dapat dicegah lagi, batang kemaluan saya semakin bertambah tegak tersentuh tangan Dokter S. Dokter S masih mengelus-elus dan mengusap-usap batang kemaluan saya itu dari pangkal hingga ujung, juga meremas-remas buah zakar saya.
“Mmm.. Kamu pernah bermain?” Saya menggeleng. Jangankan pernah bermain. Baru kali ini saya telanjang di depan seorang wanita! Mana cantik dan molek lagi! “Aahh..” Saya mendesah ketika mulut Dokter S mulai mengulum batang kemaluan saya. Lalu dengan lidahnya yang kelihatannya sudah mahir digelitiknya ujung kemaluan saya itu, membuat saya menggerinjal-gerinjal. Seluruh batang kemaluan saya sudah hampir masuk ke dalam mulut Dokter S yang cantik itu. Dengan bertubi-tubi disedot-sedotnya batang kemaluan saya. Terasa geli dan nikmat sekali. Baru kali ini saya merasakan kenikmatan yang tak tertandingi seperti ini. Dokter S segera melanjutkan permainannya. Ia memasukkan dan mengeluarkan batang kemaluan saya dari dalam mulutnya berulang-ulang. Gesekan-gesekan antara batang kemaluan saya dengan dinding mulutnya yang basah membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi saya.
“Auuh.. Aaahh..” Akhirnya saya sudah tidak tahan lagi. Kemaluan saya menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke dalam mulut Dokter S. Bagai kehausan, Dokter S meneguk semua cairan kental tersebut sampai habis.
“Duh, masa baru begitu saja kamu udah keluar.” Dokter S meledek saya yang baru bermain oral saja sudah mencapai klimaks. “Dok.. Saya.. baru pertama kali.. melakukan ini..” jawab saya terengah- engah.
Dokter S tidak menjawab. Ia melepas jas dokternya dan menyampirkannya di gantungan baju di dekat pintu. Kemudian ia menanggalkan kaos oblong yang dikenakannya, juga celana jeans- nya. Mata saya melotot memandangi payudara montoknya yang tampaknya seperti sudah tidak sabar ingin mencelat keluar dari balik BH-nya yang halus. Mata saya serasa mau meloncat keluar sewaktu Dokter S mencopot BH-nya dan melepaskan celana dalamnya. Astaga! Baru sekarang saya pernah melihat payudara sebesar ini. Sungguh besar namun terpelihara dan kencang. Tidak ada tanda-tanda kendor atau lipatan- lipatan lemak di tubuhnya. Demikian pula pantatnya. Masih menggumpal bulat yang montok dan kenyal. Benar- benar tubuh paling sempurna yang pernah saya lihat selama hidup saya. Saya rasakan batang kemaluan saya mulai bangkit kembali menyaksikan pemandangan yang teramat indah ini. Dokter S kembali menghampiri saya. Ia menyodorkan payudaranya yang menggantung kenyal ke wajah saya. Tanpa mau membuang waktu, saya langsung menerima pemberiannya. Mulut saja langsung menyergap payudara nan indah ini. Sambil menyedot-nyedot puting susunya yang amat tinggi itu, mengingatkan saya waktu saya menyusu pada ibu saya selagi kecil. Dokter S adalah wanita yang kedua yang pernah saya isap-isap payudaranya, tentu saja setelah ibu saya saat saya masih kecil.
“Uuuhh.. Aaah..” Dokter S mendesah- desah tatkala lidah saya menjilat-jilat ujung puting susunya yang begitu tinggi menantang. Saya permainkan puting susu yang memang amat menggiurkan ini dengan bebasnya. Sekali-sekali saya gigit puting susunya itu. Tidak cukup keras memang, namun cukup membuat Dokter S menggelinjang sambil meringis-ringis.
Tak lama kemudian, batang kemaluan saya sudah siap tempur kembali. Saya menarik tangan Dokter S agar ikut naik ke atas tempat tidur. Dokter S memahami apa maksud saya. Ia langsung naik ke atas tubuh saya yang masih berbaring tertelentang di tempat tidur. Perlahan-lahan dengan tubuh sedikit menunduk ia mengarahkan batang kemaluan saya ke
liang kewanitaannya yang sekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu lebat kehitaman. Lalu dengan cukup keras, setelah batang kemaluan saya masuk satu sentimeter ke dalam liang kewanitaannya, ia menurunkan pantatnya, membuat batang kemaluan saya hampir tertelan seluruhnya di dalam liang senggamanya. Saya melenguh keras dan menggerinjal- gerinjal cukup kencang waktu ujung batang kemaluan saya menyentuh pangkal liang kewanitaan Dokter S. Menyadari bahwa saya mulai terangsang, Dokter S menambah kualitas permainannya. Ia menggerak- gerakkan pantatnya berputar-putar ke kiri ke kanan dan naik turun ke atas ke bawah. Begitu seterusnya berulang-
ulang dengan tempo yang semakin lama semakin tinggi. Membuat tubuh saya menjadi meregang merasakan nikmat yang tiada tara. Saya merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluan saya sudah nyaris menyemprotkan cairan kenikmatan lagi. Namun saya mencoba menahannya sekuat tenaga dan mencoba mengimbangi permainan Dokter S yang liar itu. Akhirnya.., “Aaahh.. Ouuhh..” Saya dan Dokter S sama-sama menjerit keras. Kami berdua mencapai klimaks hampir bersamaan. Saya menyemprotkan air mani saya di dalam liang kewanitaan Dokter S yang masih berdenyut- denyut menjepit batang kemaluan saya.
Demikianlah peristiwa yang terjadi siang itu. Dan mau tahu apa hasil medical check up yang istimewa tersebut? Saya dinyatakan sehat secara fisik dan tentu saja secara mental. Apalagi secara birahi. Tentu para pembaca semua tahu maksud saya
ini. Dan akhirnya saya berhasil diterima di perusahaan besar itu yang merupakan impian saya sejak lama dan saya berhasil mendapatkan asuransi policy dari AIA sekalian membantu teman saya mendapatkan komisinya. Sayangnya, permainan saya yang menggebu-gebu tersebut dengan Dokter S merupakan pengalaman saya yang pertama sekaligus yang terakhir. Ia sepertinya menghindar apabila saya sengaja datang ke tempat praktek dokternya. Dengan alasan sibuk atau sejuta alasan lainnya, Dokter S selalu menolak menemui saya. Saya tidak tahu mengapa ia bersikap seperti itu. Ah, biar saja!

Cewe Imut Mulus Menggairahkan















Cerita Dewasa : Bidadari

Sedang asyik bermimpi dalam pelukan bintang dan bermain dengan peri-peri kecil, tiba-tiba terdengar suara ketukan yang membangunkan aku dalam gelapnya malam. Rasa sedikit mengantuk masih ku rasa, waktu saat itu menunjukan pukul dua pagi, lalu ku bergegaslah aku membukakan pintu. Ternyata itu adalah bunda. Bunda memang terbiasa pulang hingga larut seperti ini. Karena Bunda bekerja sebagai cleaning service di suatu hotel. Di dalam hati aku berkata “Andai saja ayah masih hidup pasti bunda tidak akan bekerja keras, namun mau tidak mau inilah takdir yang aku jalani bersama bunda”. Oh ya nama ku Vira Sukmawijaya, biasa dipanggil Vira oleh teman-teman di SMA ku, nama Sukmawijaya itu adalah Ayahku. Ayahku adalah seorang pegusaha yang sukses saat beliau masih hidup namun karena terbelit hutang maka semua harta benda telah lenyap dan ayah pun saat itu sakit- sakitan hingga sebuah ajal menjemputnya. Mungkin hidupku saat kecil sangat terlalu dimanjakan oleh ayah, mau apa saja tinggal tunjuk dan pasti dituruti oleh beliau. Namun kini bundalah yang bekerja untuk menyambung hidup. Banting tulang Bunda membesarkanku dan menyekolahkanku. Kembali ke aktifitas saat itu hari sudah

menujukan pukul 6, saatnya aku untuk berangkat sekolah, namun ku tidak sempat untuk berpamitan lantaran aku tidak tega untuk membangunkan bunda
yang tengah dalam keadaan terlelap atau mungkin bunda sedang asyik bermimpi bertemu ayah. Sesampainya di sekolah seperti biasa Jody menyapaku. Oh ya Jody adalah teman karibku, sejak kecil. Jody banyak membantu dalam urusan biaya sekolahku, Jody itu adalah anak rekan kerja ayah sejak dulu mungkin karena orang tua Jody banyak dibantu oleh ayah lantas kebaikan yang diberikan Jody dan orang tuanya merupakan balas budi. Entah bagaimana aku bisa membayar semua budi baiknya kepada ku dan keluarga ku. Aku dan Jody kini tengah fokus dalam sebuah kompetisi antar sekolah. Kita berdua terpilih karena kita berdua memiliki prestasi yang bagus di sekolah. Hari itu Jody mengajak ku toko buku untuk mencari bahan koleksi bacaan buku Jody. Setelah jam sekolah pun berakhir bergegaslah aku dan Jody untuk pergi. Sesampainya di toko buku, aku dan Jody
pun memisahkan diri karena kita memiliki selera bacaan yang berbeda. Ketika aku berada disebuah stand buku sastra, ada seorang lelaki yang juga ikut membaca disampingku. Secara kebetulan aku pun ingin mengambil sebuah buku dan lelaki itupun juga mengambil buku yang sama. Lalu dengan rasa malu aku melepas tanganku dari buku tersebut namun pria tersebut justru memberikan buku tersebut. Rasa malu sangat terpancar diraut wajahku. Setelah ia berikan buku itu kepadaku dan kami saling berdiskusi tentang buku itu dan kamipun saling berkenalan. Jujur saat itu aku kagum denganya karena dia smart dan tampan. Nama pria itu adalah Dery dia, karena asiknya kami ngobrol aku sampai lupa kalau aku ke toko buku bersama Jody. Dan jody pun menghampiri lalu ku kenalkanlah dia dengan Dery. Hari sudah petang maka ku dan Jody memutuskan pulang ke rumah. Sepanjang Jody sempat mengatakan kalau Dery itu seperti pria aneh. Ketika sampai di rumah, Bunda sudah menyambutku. Kebetulan Bunda tidak pulang sampai larut malam jadi aku bisa banyak sharing dengan Bunda. ''Bunda tahu nggak hari ini aku kenal sama cowok pas aku di toko buku tadi, dia tuh ganteng dan pinter banget,'' ucap diriku. Lalu bunda pun memberiku sebuah nasihat kepada ku. ''Vira, kamu itu sekarang sudah gadis loh! harkat dan martabat mu sebagai wanita itu harus kamu jaga seutuhnya. Jadi memilih teman terutama laki-laki harus hati-hati,'' tegas Bunda. Lalu aku pun memeluk Bunda dengan eratnya dan selalu mengingat apa yang baru saja diucap oleh bunda. Semakin hari aku dan Dery semakin akrab, hampir setiap hari Dery selalu menjemputku saat pulang ke sekolah. Pagi, siang, malam pikiranku hanyalah Dery. Hadirnya Dery seakan membuat hidupku menjadi lebih berwarna. Cukup lama aku mengenal Dery ternyata timbullah benih-benih cinta diantara kita berdua. Hingga suatu ketika Dery pun menyatakan cinta di suatu tempat yang sekelilingnya dipenuhi lilin dan bunga-bunga indah. Wanita mana yang tak akan senang bila diperlakukan seromantis mungkin. Tanpa pikir panjang aku pun menerima pernyataan cinta Dery. Ini kali pertama aku memiliki pacar. Namun aku belum berani untuk mengatakan kepada Bunda tentang hubungan ini maka mau tak mau aku harus menjalani backstreet. Hanya Jody saja yang tahu hubunganku, ku pikir Jody tidak akan senang dengan berita ini namun Jody juga senang dengan kabar tersebut. Hampir setiap hari Dery menemaniku dan hari-hari ku hanya ku habiskan bersamanya. Suatu ketika aku diajak Dery untuk ikut menghadiri pesta ulang tahun temannya. Karena Bunda sedang bekerja kala itu ia bekerja shift
malam. Aku pergi bersama Dery tanpa sepengetahuan Bunda. Saat itu aku dijemput Dery pukul 9 malam. Sesampainya di tempat di acara yang kita tuju, Dery mengenalkan ku kepada temannya bernama Alex. Saat ku menginjakan tempat itu aku merasa aneh. Suara musik dan lampu yang gemerlap membuat ku sedikit kurang nyaman. Ku sempat meminta kepada Dery untuk
mengantarkan ku pulang namun Dery menyakinkanku untuk tetap disini. Dery memberikan ku segelas minuman, entah itu minuman apa. Sepintas rasanya enak, namun lama-lama kelamaan aku pun merasa pusing. Dan disaat ku merasa pusing aku pun Dery memberiku obat. Dia bilang dengan meminum obat itu pusing ku bisa hilang. Lalu ku minumlah, setelah ku minum efek yang ku rasakan badanku serasa enteng dan terbang. Ayam jantan pun telah berkokok dan subuh pun tiba, kira-kira pukul 5 pagi aku baru sampai rumah. Aku pulang mungkin masih dalam keadaan mabuk. Bunda yang sedang beribadah melihat kedatanganku dalam keadaan yang tidak normal. Bunda sangat tertegun sampai-sampai Bunda menangis pun tidak ku hiraukan, justru aku langsung mengurung diri dalam kamar. Mungkin karena aku dalam keadaan mabuk, aku pun tak tahu apa yang terjadi. Ketika aku bangun Bunda pun sudah mengelus-elus rambut ku. Lalu pun ia berkata kepadaku tanpa sedikit pun marah. ''Kemanakah kamu semalam nak, sampai setan merasuk tubuh mu saat subuh tadi, Bunda kecewa denganmu'', ucap Bunda sambil memberikan ku air putih. Aku tak tahu harus jawab apa, karena aku sangat malu begitu perhatian Bunda dengan ku. Meski aku telah berbuat salah. Lantas aku pun menangis dipelukan Bunda. Langit telah berubah Pergantian tugas bintang yang menerangi malam dengan Matahari, Setelah kejadian kemarin aku tidak masuk sekolah padahal tugas penting membawa nama baik sekolah namun aku tidak bisa hadir karena kejadiaan saat itu. Setibanya sampai di sekolah, teman- teman ku melihat ku dengan wajah yang menggambarkan kekecewaan saat ku sapa mereka hanya diam dan mempalingkan muka. Tiba-tiba Jody menarik tangan ku dan berkata mengapa semua teman menjadi sinis kepadaku. ''Kamu liat, wajah teman-teman kita terhadap kehadiran kamu. Mereka sangat kecewa kemana kamu saat perlombaan antar sekolah? Kamu tahukan kita ini partner mewakili sekolah kita. Tapi apa! kamu tidak hadir dan hingga pada akhirny sekolah kita didiskualifikasi,'' dengan marah Jody berkata. Sumpah ucapan itu membuat aku lebih bersalah, karena kejadian waktu itu hingga membuat aku tidak masuk sekolah padahal aku harus mengikuti lomba antar sekolah malah aku tidak hadir. Entah bagaimana aku, harus membalikkan keadaan menjadi seperti semula. Hanya dengan kata maaf pun juga tidak bisa membalikan suasana menjadi seperti semula. Waktu pulang sekolah telah tiba, dan Dery pun menjemputku. Dery mengajak ku ke sebuah kafe untuk menjelaskan semua permasalahan, aku mencoba menolak tapi tidak bisa. Sepanjang jalan aku ceritakan semua masalah, yang telah terjadi dan ada kepikiran untuk mengakhiri hubungan. Tapi Dery menolaknya, dan Dery pun meminta maaf dan berjanji untuk tidak akan mengulangi. Sejak kejadian itu aku dan Dery memutuskan untuk long distance, karena aku harus fokus lulus sekolah sedangkan Dery melanjutkan kuliahnya di Bandung. Aku hanya berkomunikasi melalui telepon saja. Karena kita memang terpisah jarak dan waktu. Setelah aku dinyatakan lulus sekolah, aku pun mendapatkan beasiswa masuk perguruan tinggi di Bandung. Aku sangat senang karena aku bisa meraih prestasi yang membanggakan untuk Bunda dan ini membuat kesempatan bertemu dengan Dery setelah satu tahun lamanya. Selepas SMA seakan semua memiliki kehidupan masing sejak lulus SMA aku harus kehilangan sahabat karibku Jody yang melanjutkan kuliah di Australia. Banyak kenangan aku dengan dia dan jasanya juga tak akan pernah ku lupakan. Tinggal jauh dari orang tua memang sangat berat, sebenarnya aku tidak tega meninggalkan Bunda sendirian di rumah namun Bunda telah menyemangati aku untuk menempuh pendidikan agar tercapai semua impianku. Satu pesan yang diberikan Bunda kepadaku bahwa sebebas apapun anak merpati terbang pasti ia akan mengingat induknya dan setinggi apa pun merpati terbang dia bisa terjatuh karena kesalahannya sendiri. Hingga di stasiun Kereta api telah membunyikan tanda keberangkatan dengan berat aku harus melepaskan pelukan erat ku dari Bunda. Tibanya aku di Bandung, aku langsung menuju ketempat kost-an yang direkomendasikan oleh temanku. Tempatnya tidak jauh dari dimana aku kuliah dan biayanya yang murah. Termenung aku di kota kembang ini “ Ini awal aku menapakan dengan restu seorang ibu yang membuat mental untuk bisa meraih mimpi, bukan sebuah mimpi bila kita hanya tetap melamun dalam kebimbangan. Bumi, Langit, udara dan air beserta isinya akan selalu menjadi bagian hidup yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan. Tak butuh waktu lama aku mendapatkan teman, namanya Cita, dia adalah teman ku yang ngekost sama denganku. Beberapa hari aku di Bandung, aku pun juga bertemu dengan
Dery. Ku ajak Dery ketempat dimana aku tinggal. Tak lupa ku juga mengenalkan dia dengan Cita teman kost ku. Berbicara tentang Cita, ia bukanlah seorang mahasiswi melainkan dia bekerja. Namun yang ku heran entah dia bekerja dimana karena dia sangat tertutup. Cita sangat baik dengan ku, dia selalu mentraktirku makan. Lagi-lagi timbul pertanyaan dalam benakku darimana ia bisa mendapatkan duit itu padahal ku jarang sekali melihat pergi bekerja. Tapi Cita pernah mengajak ku sebuah tempat dimana semua itu adalah wanita-wanita cantik layaknya bidadari. Hingga pada akhirnya aku menyadari bahwa Cita merupakan seorang agency model. Karena aku memiliki fisik yang cantik Cita pun menawarkan ku untuk melakukan pemotretan perdana. Ku pikir ini sangat menjanjikan sekali, karena ku memiliki fisik yang bagus maka sebuah majalah dewasapun mengontrakku. Karirku semakin menanjak, dan banyak sekali tawaran pemotretan. Aku pun mendapatkan sebuah fasilitas berupa mobil dan tempat tinggal. Ini membuat mendapatkan segalanya dari profesi ku
sehingga aku tidak perlu lagi tinggal di tempat kost. Karena jadwal yang terlalu padat dan aku tidak bisa bekerja sendiri maka dery pun menjadi manajerku. Foto-foto
sudah dimuat diberbagai majalah- majalah dewasa. Dan aku pun sudah semakin akrab dengan lampu blitz kamera. Semakin menanjak karir ku semakin bebas kehidupan ku karena akau memiliki uang, disatu sisi aku memiliki pacar yang ku pikir dia setia karena Dery pula aku banyak mengenalkan tentang kota Bandung bahkan kehidupan malam di Bandung. Sebenarnya aku takut dengan tempat seperti itu dan sempat menolak. Karena teringat kejadian waktu itu, namun aku tak bisa menyangkal permintaan Dery karena sebuah ucapan yang menyakinkanku. Lama-lama kelamaan aku pun semakin akrab dengan dunia malam. Hampir tiap minggu aku mengujungiku. Aku memang sekali berpergian ke luar kota Bandung dan sempat singgah di Jakarta namun apa daya karena sebuah jadwal yang padat aku tak bisa pulang ke rumah untuk bertemu Bunda. Sudah hampir satu tahun semenjak aku menjadi model aku tidak kembali ke rumah padahal Jakarta Bandung tidak terlalu Jauh namun sekali lagi ku harus bersikap professional pada tuntutan kerja. Selama menjadi model, aku selalu mengirimkan uang untuk kehidupan Bunda di Jakarta. Bunda yang kini tinggal bersama Sumi saudara sepupuku yang menemani Bunda sehari-seharinya selalu ku penuhi segala kebutuhannya. Tiba-tiba aku termenung pada sebuah pepatah yang mengatakan semakin tinggi pohon semakin pula angin kencang yang menerpanya. Itu yang ku rasakan kali ini. Sudah berapa hari aku tak dapat kabar dari Dery aku telah mencari tahu keberadaan ia. Karena semua uang ku, ku titipkan kepadanya. Suatu ketika musibah datang kepadaku, dimana aku harus pulang ke Jakarta karena aku mendapatkan kabar bahwa Bunda sakit. Mendegar kabar tersebut aku langsung
seketika berangkat ke Jakarta. Sedikit penyesalan yang terjadi pada diriku, karena selama ini aku hanya sibuk untuk mencari lembaran-lembaran Rupiah. Yang ada dipikiranku hanya rupiah hingga aku tidak memiliki waktu untuk Bunda. Setelah sampai di rumah sakit pun aku tidak bisa memeluk Bunda karena terkapar lemah tanpa sadar. Yang ada pada saat itu aku hanya bisa berdoa. Sumi yang menemani ku di rumah sakit, dan Sumi pun menceritakan tentang apa yang menyebabkan hingga Bunda menjadi seperti itu. Sumi mengatakan Bunda mendadak serangan jantung karena melihat sebuah foto ku tanpa sehelai busana. Entah siapa yang menyebarkan foto, tersebut sejujurnya profesi ku saat itu aku rahasiakan dari Bunda karena bila tahu pasti dia akan menolakku. Foto itu merupakan ulah tangan jahil yang sengaja mengambil gambarku tanpa sepengetahuanku. Ketika aku mendengar kabar tersebut sentak membuatku sangat menyesal. Ternyata profesi yang ku jalani penuh dengan tantangan bahkan menjatuhkan martabat ku sebagai wanita. Aku mencoba menelpon Dery untuk mengusut masalah ku ini namun tak ada
kabar darinya. Lalu ku lupakan masalahku untuk hingga menunggu Bunda sadar dan pulih dari komanya. Uang dan uang yang ku pikir semua akan bahagia dengan uang, layaknya bidadari cantik aku berlenggak lenggok dan semua orang melihat ku. Karena aku manusia yang butuh hidup dan uang
menjadi prioritas. Tak salah aku berkata kalau aku ini bidadari uang. Aku yang tertegun dalam doa, aku tenggelam dalam larutnya air mata ketika suster meminta ku untuk masuk ke ruang ICU karena Bunda yang siuman dan ingin berbincang. Suara alat detak jantung yang menempel di dada Bunda dan selang nafas membuat Bunda berbicara dengan sekuat tenaga. ''Maaf kan Bunda nak, mungkin Bunda sudah gagal dalam mendidik kamu. Maafkan Bunda nak,'' ucap Bunda. Aku hanya bisa menangis dipelukan Bunda, aku tidak mau Bunda terus menangis. Bunyi suara panjang dari monitor jantung berbunyi lurus dengan gugup pun aku langsung memanggil suster dan dokter. Namun Tuhan sayang dengan Bunda hingga malaikat telah menjemput Bunda untuk berhenti mengikuti putaran dunia selamanya. Hancur dan hancur, seakan teriakan dan tangisan ku tak bisa menjadi perminta maafa ku kepada Bunda. Sumi yang memelukku juga larut dalam kesedihan yang menghancurkanku. Taburan bunga yang menghampar di atas nisan Bunda membuat penyesalan, seakan-akan hidupku sudah tak berarti. Gelap malam dimana hanya ada aku dan
kenangan. Aku belum bisa berhenti menangisi kepergian Bunda meski aku harus mencoba untuk ikhlas dan merelakannya. ''Tuhan aku hanya meminta kepadaMu berikan Bunda surgaMu, aku tak tahu mengapa Kau cepat memisahkanku denganya. Padahal aku ingin membahagiakan uang hasil kerja keras yang selama ini ku lakukan untuk Bunda namun semuat jadi tidak berarti. Jika Engkau ingin menghukumku hukumlah aku Tuhan namun mengapa Engkau justru memisahkan ku dengan Bunda,'' berdoa aku sambil membuka foto kenangan indah. Berapa minggu Bunda yang telah pergi, aku harus kembali ke Bandung untuk menyelesaikan semua masalahku. Tersimpan foto indah kenangan ku dengan Bunda yang selalu ku lihat setiap saat. Kedatangan ku ke Bandung membuat lengkap penderitaan ku. Karena sibuknya aku di dunia model sehingga banyak waktu kuliah yang jarang ku hadir sehingga aku di DO dari kampus karena aku sudah melanggar ketentuan kampus. Tidak hanya itu agency model sudah memutus kontrak kerja ku. Karena kasus beredarnya foto-foto syur yang sebenarnya bukan aku yang melakukanya. Dan aku melanggar perjanjian yang ada di kontrak. Lantas semua fasilitas yang telah diberikan dari mobil hingga rumah kini sudah bukan milik ku lagi. Aku tak tahu apa yang aku lakukan di kota Kembang ini. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk menginap di tempat Cita. Sesampainya di kost aku langsung menemui Cita, berharap ia mau mendengarkan keluh kesah ku dan memberikanku sebuah bantuan namun sebelum mengetuk pintu aku mendegar suara yang tidak asing di telingaku. Ketika aku ketuk pintu ternyata orag yang membukakan pintu untukku adalah Dery, sentak ini mebuat aku terkejut dan tak bisa ku pendam lagi amarahku kepada Dery. ''Jadi beginikah kalian, memanfaatkan segalanya dari keluguan dan kebodohan ku. Sumpah aku tak menyangka kalau kamu tega, kau ambil semua uangku dan kini kalian tertawa di atas penderitaanku. Baik aku nggak akan ganggu kalian berdua sekarang nikmatilah kesenangan kalian berdua,'' teriak aku. Lengkap semua penderitaan yang telah ku alami, hingga pada titik jenuh aku pun kehilangan arah tak lagi ku kenali mana malam yang bertabur bintang mana matahari yang bertabir senyum. Semua kini telah lenyap. Merenung aku di sebuah taman kecil tak ada satupun yang ku kenal. Layaknya orang gila akupu menjadi bahan tertawaan anak-anak kecil. Tapi diantaran kumpulan anak kecil ada satu gadis kecil yang melepaskan ku dari ejekan anak-anak kecil. ''Sudah-sudah pergi kalian semua jangan ganggu kakak cantik itu,'' teriak Tiara nama gadis kecil itu. Lalu Tiara pun mengajak aku ke tempat dimana ia tinggal yaitu Panti asuhan. Di Panti tersebut aku dikenalkan dengan Ibu Bunga orang yang mengasuh anak- anak Panti. Ibu Bunga sangat baik hati, wajah ayunya hampir mirip dengan sosok Almarhum Bunda. Ibu Bunga sangat perhatian sekali denganku. Aku banyak bercerita dengan Ibu Bunga tentang semua keadaan yang telah aku alami. Air mata yang jatuh dari ku langsung dihapusnya dan pelukan hangat Ibu Bunga mengingatkan ku kepada Bunda. Ibu Bunga meminta kesedianku untuk menetap di panti asuhan ini. Tanpa berpikir panjang aku menerima dengan amat sangat gembira. Di panti ini aku banyak belajar tentang arti kehidupan dan berbagai masalah. Cinta kasih yang tulus aku abdikan diri ku untuk kehidupan yang penuh cinta. Kini aku mengerti, aku yang dulu menjadi seorang bidadari yang ternilai oleh uang ternyata semua apa yang ku dapat dan aku raih bukan semata- mata ternilai oleh Rupiah. Letak surga dunia yang ku raih ternyata bisa ku raih hanya dengan rasa tulus cinta dan sebuah keikhlasan. Sekarang aku menjadi seorang bidadari yang dikelilingi peri-peri kecil. Menebarkan kebahagian dan senyuman yang tulus.

Modek Cantik DaN Seksi Hwang Mi Hee